Kerajaan Khmer, sebuah negara di daratan asia tanggara, dapat ditelusuri Kembali ke peradaban India. Kekaisaran Khmer didirikan pada awal abad ke-9. Sumber-sumber di sini merujuk pada upacara inisiasi dan pentahbisan mistis untuk mengklaim legitimasi politik oleh pendiri Jayavarman II di Gunung. Pada abad ke-15, tetangga tradisional Khmer, suku Mon di barat dan suku Cham di timur secara bertahap telah disingkirkan atau digantikan oleh suku Siam/Thailand dan Annam/Vietnam yang tangguh. 15 Kekuatan-kekuatan ini telah menyadari, mengerti dan semakin mengikuti keharusan untuk mengendalikan cekungan Mekong bagian bawah sebagai kunci untuk mengendalikan seluruh Indochina. Kerajaan yang lemah hanya mendorong para ahli strategi di Ayutthaya (kemudian di Bangkok dan di Hue.
Awal Mula dan Pendirian Kerajaan Khmer
Awal mula dan pendirian Kerajaan Khmer berawal pada abad ke-9 Masehi, di bawah kepemimpinan Raja Jayavarman II. Raja Jayavarman II menyatukan beberapa kelompok etnis dan kerajaan kecil yang tersebar di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Kamboja. Dengan ambisi besar untuk menciptakan sebuah kerajaan yang kuat dan terpusat, ia mendeklarasikan dirinya sebagai dewa-raja (Chakravartin) dan mendirikan ibukota pertamanya di Indrapura, yang terletak di sekitar wilayah Tonle Sap. Pada masa pemerintahannya, ia berhasil menciptakan fondasi bagi kejayaan kerajaan ini, termasuk memperkenalkan sistem pemerintahan yang terstruktur dan membangun hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan tetangga. Pendirian Kerajaan Khmer ini menandai awal dari kekuatan besar yang akan mendominasi wilayah Indochina selama beberapa abad berikutnya, terutama dengan pembangunan Angkor, ibu kota kerajaan yang menjadi simbol kejayaan budaya dan arsitektur Khmer.
Sistem Irigasi yang Canggih
Kerajaan Khmer sangat dikenal karena sistem irigasi yang sangat maju. Para arsitek Khmer membangun jaringan kanal, tanggul, dan reservoir untuk mengelola pasokan air dan mencegah banjir. Salah satu pencapaian terbesar adalah Baray, sebuah danau buatan yang digunakan untuk penyimpanan air. Baray terbesar, yang terletak di sekitar Angkor, memungkinkan kerajaan untuk bercocok tanam sepanjang tahun meskipun musim kemarau tiba.
Sistem irigasi ini memainkan peran vital dalam mendukung pertanian yang menjadi sumber utama ekonomi kerajaan. Dengan adanya pasokan air yang stabil, masyarakat Khmer dapat menghasilkan padi dalam jumlah besar, yang mendukung jumlah populasi yang terus berkembang.
Kejatuhan Kerajaan Khmer
Namun, meskipun pada puncaknya Kerajaan Khmer tampak tak tergoyahkan, kerajaan ini akhirnya mengalami kemunduran pada abad ke-15. Ada beberapa faktor yang menyebabkan runtuhnya kerajaan ini.
Perang dan Invasi: Salah satu faktor utama adalah serangan dari kerajaan-kerajaan tetangga. Invasi dari Ayutthaya (kerajaan Siam yang sekarang adalah Thailand) pada abad ke-15 menyebabkan kerusakan besar pada Angkor dan menandai awal kemunduran Khmer. Selain itu, konflik internal dan ketegangan antar kerajaan lokal juga semakin memperburuk keadaan.
Perubahan Ekonomi dan Lingkungan: Sistem irigasi yang sangat bergantung pada teknik canggih, meskipun efektif pada awalnya, mulai mengalami kerusakan akibat penurunan perhatian terhadap pemeliharaan dan perawatan infrastruktur. Perubahan iklim dan faktor lingkungan juga menjadi penyebab kegagalan pertanian yang menyebabkan kekurangan pangan.
Perubahan Agama: Pengaruh agama Hindu mulai menurun di Angkor, digantikan dengan agama Buddha. Perubahan ini membawa dampak terhadap stabilitas sosial dan politik. Seiring berjalannya waktu, Angkor mulai kehilangan relevansinya sebagai pusat spiritual dan budaya.
Warisan yang Masih Hidup
Meskipun Kerajaan Khmer telah runtuh, warisan kebudayaannya tetap hidup dalam berbagai bentuk. Angkor Wat adalah situs warisan dunia yang dilindungi oleh UNESCO dan merupakan daya tarik utama bagi wisatawan yang datang dari seluruh dunia untuk mempelajari dan menghargai kecanggihan peradaban Khmer.
Selain itu, kebudayaan Khmer juga dapat ditemukan dalam seni, musik, dan tarian tradisional Kamboja yang masih dipraktikkan hingga saat ini. Tarian klasik Khmer, seperti Apsara, dan musik tradisional yang mengiringinya, adalah bentuk seni yang berakar pada masa kejayaan kerajaan ini.
Peninggalan-peninggalan arkeologis, seperti prasasti, patung, dan relief yang ada di candi-candi Angkor, juga tetap menjadi sumber pengetahuan yang berharga bagi para sejarawan dan peneliti. Mereka memberikan wawasan tentang kehidupan sosial, agama, dan politik pada masa itu.
Kesimpulan
Kerajaan Khmer adalah salah satu contoh paling mengesankan dari peradaban besar yang pernah ada di Asia Tenggara. Kejayaannya, terutama yang tercermin dalam arsitektur megah Angkor Wat, sistem irigasi canggih, dan pencapaian seni, masih dikenang hingga kini. Meskipun mengalami kemunduran yang disebabkan oleh serangkaian faktor internal dan eksternal, warisan budaya Kerajaan Khmer tetap hidup dalam budaya Kamboja dan terus menjadi sumber inspirasi bagi dunia. Jejak kerajaan ini adalah bukti nyata bahwa peradaban manusia dapat meninggalkan dampak abadi yang bertahan melampaui waktu dan perubahan sejarah.
0 komentar:
Posting Komentar